Saturday 25 May 2013

BANGJONI EMAIL UPDATES

BANGJONI EMAIL UPDATES


Misteri Pasir Pemangsa Atau Pasir Hisap

Posted: 24 May 2013 09:03 PM PDT

Pasir hidup adalah mekanisme paling unik alam semesta, ia mungkin terpendam di pantai tepi sungai atau bahkan mungkin di halaman belakang sekitarnya, dengan tenang menunggu orang-orang mendekat, membuat orang sulit maju ataupun mundur.


Pada tahun 1692, di pelabuhan Jamaika, pernah
terjadi pasir hidup yang terbentuk dari larutan tanah akibat gempa, belakangan menyebabkan 1/3 kota hilang, dan tragedi yang menewaskan 2000 jiwa manusia.

Danau yang tampak tenang di selatan Inggris, fyord atau teluk sempit di Alaska yang indah tapi berbahaya dan daerah lainnya pernah terjadi peristiwa manusia terperangkap ke dalam pasir hidup.

Namun, sebagian besar orang kerap tidak pernah menjumpai pasir hidup, apalagi menyaksikan sendiri orang terperosok ke dalam pasir hidup atau mengalaminya sendiri. Kesan orang-orang terhadap pasir hidup terutama berdasarkan berbagai film yang ditontonnya. Suasana atau pemandangan yang diciptakan dalam film melukiskan pasir hidup adalah suatu momok yang dapat menghisap manusia ke lubang tak berdasar.

Akan larut jika permukan pasir hisap terganggu 

Seorang ilmuwan dari Universitas Amsterdam, Belanda yakni Daniel Bonn pernah menemui seorang gembala setempat. Sang gembala menunjuk pasir hisap sambil berkata pada Bonn, bahwa pernah ada unta terperosok ke dalam kemudian lenyap tak berbekas.

Lalu segera ia melakukan penyelidikan terkait setelah kembai ke negaranya. Ia membawa sampel pasir ke Belanda dan menganalisis komposisinya. Setelah menemukan bahwa campuran tersebut terdiri atas pasir berkualitas tinggi, tanah liat, dan air garam, Bonn bersama timnya membuat tiruan pasir hisap dalam jumlah besar.

Ia mengamati dan menganalisa dengan cermat puluhan film yang melukiskan pemandangan pasir hisap yang menelan manusia itu, dan mendapati bahwa gambaran yang dilukiskan film-film ini sepenuhnya salah dan keliru.


Kemudian, di dalam laboratoriumnya, Bonn mencampurkan pasir, tanah liat dan air garam, membentuk sebuah maket pasir hidup dalam ruangan kecil untuk diteliti. Setelah percobaan secara berulang-ulang, personel peneliti yang dipimpin Bonn mendapati, bahwa perlu waktu beberapa hari untuk membuat pasir menjadi lengket.

Sebaliknya sangat mudah kalau hendak menghilangkan viskositasnya (sifat merekat), yakni cukup diberi tekanan yang pas di permukaannya. Permukaannya akan segera larut dengan cepat jika mendapat gangguan gerak, pasir di permukaan akan menjadi gembur (lembek), dan pasir di lapisan yang dangkal juga akan merosot ke bawah dengan cepat.

Gerakan perpindahan ini membuat benda yang bergerak di permukaan pasir tenggelam ke bawah, kemudian seiring dengan meningkatnya kedalaman penenggelaman tersebut, pasir yang jatuh ke bawah melalui gerakan perpindahan dari lapisan atas perlahan-lahan akan menyatu, lalu akan menciptakan endapan yang tebal, sehingga viskositas atau sifat merekat pasir bertambah cepat, mencegah obyek terperosok lebih jauh.

Butuh kekuatan mengangkat sebuah mobil 

Menurut hasil penelitian, bahwa orang yang terperosok ke dalam pasir hisap umumnya tidak bisa bergerak, densitas pasir yang meningkat kemudian merekat di bagian anggota badan bawah yang terperosok dalam pasir hisap tersebut, membentuk tekanan yang sangat besas pada tubuh, membuat kita sangat sulit mengeluarkan tenaga.

Orang yang sangat besar tenaganya sekalipun juga sulit dalam waktu singkat bisa mengeluarkan korban yang terperangkap dalam pasir hisap tersebut. Setelah di kalkulasi peneliti terkait, bahwa untuk mengeluarkan satu kaki korban yang terperangkap dengan kecepatan 1 cm/ detik saja butuh kekuatan 100 ribu Newton, atau kurang lebih setara dengan kekuatan mengangkat sebuah mobil ukuran sedang.

Kecuali dibantu dengan mobil Derek, jika tidak sulit sekali mengeluarkan korban yang terperangkap dalam pasir hisap tersebut dalam waktu singkat. Hasil penelitian terkait juga menunjukan, menurut hitungan kekuatan ini, jika secara paksa menyeret korban, maka sebelum pasir hisap melepaskan korban yang terperangkap, tubuh korban sudah putus tertarik oleh kekuatan yang besar itu.

Resiko yang diakibatkan tindakan demikian jauh lebih berbahaya dibanding membiarkan korban tetap berada dalam pasir hisap tersebut untuk sementara waktu.

Bagaimana menyelamatkan diri dari perangkap 

Sebenarnya sebagian besar pasir hisap tidak jauh berbeda dengan pasir pada umumnya, tidak menyeramkan sebagaimana yang dilukiskan dalam film. Secara prinsipal, ia hanya pasir yang telah diresapi air, karena friksi (gaya gesek) antar butiran pasir berkurang, sehingga menjadi campuran pasir dan air setengah cair yang sulit mendukung. Pasir hidup biasanya dijumpai di sekitar pantai.

Menurut Benn, bahwa hanya ada satu keadaan pasir hisap dapat menenggelamkan manusia (mati tenggelam), yaitu ketika bagian kepala lebih dulu masuk ke dalam, namun kemungkinan terperosok dengan cara demikian sangat kecil. Orang yang terperosok ke dalam pasir hisap hanya merasakan sedikit tekanan pada bagian dada, agak sulit bernapas, tidak akan mengancam jiwa. Air pasang di dekat pasir hidup barulah musuh yang menakutkan bagi korban yang terperangkap.

Orang-orang keliru menafsirkan bahwa dengan menggoyangkan kaki bisa melonggarkan pasir di sekitar badan, sehingga dengan demikian dapat membantu anggota badan untuk keluar dari dalam pasir. Ilmuwan terkait menuturkan, sebetulnya bukan begitu, gerakan demikian hanya akan mempercepat endapan tanah liat, memperkuat viskositas (sifat merekat) pasir hisap, meronta membabi buta hanya akan membuat korban terperosok lebih dalam.


Benn mengatakan, cara untuk terlepas dari pasir hisap tetap ada, yaitu korban yang terperangkap harus menggerakkan secara perlahan kedua kakinya, agar air dan pasir semaksimal merembes masuk ke daerah hampa, dengan begitu akan dapat mengurangi tekanan badan si korban, sekaligus membuat pasir agar perlahan-lahan menggembur.

Selain itu, sang korban juga harus berusaha agar anggota badannya terpisah, sebab jika area permukaan pasir yang disentuh badan semakin besar, maka daya apung yang didapat akan semakin besar. Asalkan korban memiliki kesabaran yang cukup, dengan gerakan yang cukup tenang dan santai, maka secara perlahan pasti akan terbebas dari perangkap pasir hisap.

Selain itu hasil penelitian juga mendapati, saat suatu obyek terperosok ke dalam pasir hisap, kecepatan terbenamnya ditentukan oleh densitas obyek tersebut. Densitas pasir hidup umumnya 2 g/milliliter, sedangkan densitas manusia adalah 1g/milliliter. Di bawah densitas demikian, tubuh manusia yang terbenam ke pasir hidup tidak akan mati tenggelam, kerap akan berhenti sampai sebatas pinggang.

Selain itu peneliti juga mendapati, bahwa meskipun sejumlah obyek yang berdensitas lebih besar dari pasir hidup, tapi tetap bisa mengapung di atas pasir hidup. Dalam percobaan terkait, mereka kemudian meletakkan bola aluminium yang berdensitas 2.7g/mililiter di atas permukaan pasir hisap.

Dan meskipun densitasnya lebih besar dari pasir hidup. Namun karena mendapat pengaruh daya apung pasir hisap dan tegangan pasir, maka bola aluminium tetap bisa dengan tenang berada di permukaan pasir hidup. Bola tersebut tidak tenggelam hingga para peneliti menggetarkan pasir hisap dan membuat gerakan yang menyebabkan campuran lebih cair. Ketika melakukan hal ini, bola aluminium benar-benar seluruhnya tenggelam.

Namun saat menggunakan bola aluminium yang memiliki kerapatan sama dengan manusia yang berarti lebih rendah daripada kerapatan pasir hisap, bola tersebut tidak pernah tenggelam walaupun campuran diperlakukan dengan kasar.

Jatuhnya objek ke pasir hisap menyebabkan pastikel pasir bercampur air kehilangan kestabilan. Jika terus diberi tekanan, campuran tersebut akan berubah menjadi lebih cair di permukaan dan sangat padat di dasarnya.

Semakin besar tekanannya, semakin banyak cairan yang terbentuk di pasir hisap sehingga gerakan korban membuatnya terperosok semakin dalam, kata Daniel Bonn, pemimpin penelitian dari University of Amsterdam sebagaimana ditulis dalam jurnal Nature.

Berdasarkan pengukuran terhadap peralatan aluminium ini, meningkatkan tekanan fisik ke partikel sebesar 1 persen menyebabkan kecepatan tenggelamnya naik sejuta kali. Bonn menambahkan bahwa menarik benda dari pasir pada tahap ini membutuhkan kekuatan setara mengangkat mobil berukuran menengah.

Sabar dan tenang 

Yang paling berbahaya adalah apabila pasir hisap cenderung menarik dengan cepat, katanya. Tapi, kesabaran dapat menyelamatkan Anda. Jika ditunggu dengan sabar, partikel pasir lambat laun akan stabil sehingga daya apung campuran tersebut akan mengangkat Anda ke atas.

Sarannya, tetaplah tenang dan biasanya Anda akan terapung. Luruskan punggung Anda untuk memperluas area yang bebas dan tunggu hingga kaki bebas dari pasir. Bonn juga menyarankan agar kaki bergerak untuk mengendalikan air sehingga Anda terapung. Anda harus memasukkan air ke dalam pasir dan cara yang paling mudah adalah memutar-mutar sekitar kaki di dalam pasir hisap, tambahnya.

8 Hewan Paling Tembus Pandang di Dunia

Posted: 24 May 2013 08:46 PM PDT

Pernahkah Anda bayangkan bisa melihat isi tubuh sendiri ? Dengan demikian jika ada yang salah dengan isi tubuh, Anda tinggal melongok sesaat dan nampaklah di mana letak sumber masalahnya.

Sayangnya, tanpa bantuan mesin, hal ini mustahil dilakukan manusia. Tapi bukan artinya makhluk tembus pandang seperti ini tidak ada. Mereka yang dianugerahi tubuh transparan ada di sekitar manusia. Berikut di antaranya.

1. Cyanogaster Noctivaga
Merupakan ikan transparan dari Amazon yang baru ditemukan. Menurut spekulasi, tubuhnya yang transparan dan hanya aktif di malam hari-lah yang membuatnya baru diketemukan saat ini. Selain transparan, ikan ini sangat mungil, hanya 17 milimeter panjangnya.

2. Kumbang Kura-Kura Emas
Kumbang dengan nama Latin Charidotella sexpunctata ini juga biasa disebut "kumbang emas". Ukurannya yang hanya lima hingga delapan milimeter menjadikannya makhluk paling transparan terkecil. Spesies ini juga bisa berubah warna dari emas ke perak kemerahan sepanjang tahun.

3. Kodok Kaca
Hyalinobatrachium pellucidum, atau kodok kaca adalah spesies asli dari hutan di Ekuador. Saking pucatnya kulit hijau dari spesies ini hingga membuat mayoritas organ vitalnya terlihat jelas. Sayangnya, spesies ini terancam punah karena habitatnya rusak.

4. Malaikat Laut
Spesies malaikat laut merupakan moluska dari Samudra Arktika dengan nama sains Gymnosomata yang diambil dari bahasa Yunani berarti "tubuh telanjang". Dari tampilannya, spesies ini digambarkan "menakutkan namun menakjubkan".

5. Salamander Barton Springs
Sekumpulan mata air alami di Austin, Texas, Amerika Serikat, bernama Barton Springs, memiliki spesies unik dalam wujud salamander barton springs (Eurycea sosorum). Ini merupakan spesies kecil dengan kulit tembus pandang coklat kemerahan. Sehingga telur atau apapun yang baru dimakannya, bisa terlihat.

Salamander ini bergantung pada air segar yang bebas polusi dari mata air Barton Springs dan tidak ditemukan lagi di tempat lain di dunia. Ini membuatnya masuk dalam daftar spesies terancam punah sejak 1997.

6. Berudu Bening
Berudu dari Kosta Rika ini memiliki kulit bening hingga menunjukkan ususnya yang melingkar di dalam tubuh. Dalam pandangan sekilas, tampilannya mirip makhluk rekaan dari kartun. Namun, spesies ini nyata adanya.

7. Larva Cumi-Cumi
Larva cumi-cumi ini menampilkan tubuhnya yang tembus pandang yang memiliki perpaduan permainan warna dalam ukuran sama.

8. Kepompong Kupu-Kupu Raja
Dalam usia pertumbuhan yang masih ringkih, kupu-kupu raja menampilkan isi tubuhnya yang luar biasa. Berupa warna orange cantik dengan ruas-ruas sayap yang mengintip dari balik selubung bening.

Mengapa Penguin Tidak Bisa Terbang?

Posted: 24 May 2013 08:22 PM PDT


Penguin, salah satu hewan jenis burung yang tidak bisa terbang, namun, mempunyai keahlian berenang yang sangat baik. Keanehan itu yang sampai saat ini menjadi pertanyaan besar bagi peneliti.

Tim peneliti dari Inggris akhirnya menemukan jawaban dari teka-teki mengapa penguin tidak bisa terbang. Ternyata, spesies penguin cenderung memilih hidup di bawah air, berenang, ketimbang terbang di udara.

Jawaban itu diperoleh secara ilmiah dari sebuah studi pada burung laut yang memiliki kaitan paling erat dengan penguin. Dari hasil penelitian itu, peneliti sangat yakin, sebenarnya sayap kedua hewan itu dirancang untuk terbang, bukan untuk menyelam dan berenang.

"Burung Guillemot, memiliki bentuk yang mirip dengan penguin. Tidak hanya bentuk mirip, burung itu juga memiliki kemampuan berenang yang baik," kata John, juru bicara University of Aberdeen, Skotlandia, dilansir Terra Daily, 23 Mei 2013.

Dia menambahkan, perbedaannya adalah Burung Guillemot bisa terbang, meskipun kemampuan terbangnya sangat buruk. "Itu adalah bentuk dari hipotesis biomekanik -struktur dan fungsi sistem biologis mekanik- pada burung Guillemot," jelas John.

Hipotesis biomekanik membuat penggunaan sayap untuk dua hal berbeda, dalam kasus ini untuk aktivitas terbang dan berenang. Namun, biomekanik tidak dapat membuat kedua aktivitas itu sama-sama baik.

"Burung Guillemot memiliki sayap yang pendek dan harus menggerakkannya secepat mungkin agar bisa terbang. Meskipun sangat melelahkan, namun burung itu tetap memilih untuk bisa terbang," terang John.

Berbeda dengan penguin, burung itu memilih untuk tidak terbang dan menyukai berenang di dalam air.

"Sayap penguin terus berevolusi selama ratusan bahkan ribuan tahun, dan menjadi lebih kecil. Akhirnya sayap itu benar-benar tidak bisa digunakan untuk terbang lagi," ucap John.

No comments: